Akibat krisis 1998 banyak orang yang menentukan untuk menjual asetnya, mereka merasa lebih kondusif bila memegang uang tunai. Cadangan uang tunai di bank-bank menipis akhir penarikan dana secara besar-besaran ditambah lagi penolakan masyarakat terhadap uang-uang yang berlaku ketika itu yaitu pecahan 50.000 Rupiah bergambar pak Harto.
Pecahan terbesar yang beredar ketika itu ialah 50 ribu Rupiah yang bergambar pak Harto (kertas emisi 1993 dan 1995 serta plastik emisi 1993) mengalami penolakan dimana-mana alasannya mengingatkan akan rezim Orde Baru yang gres saja direformasi. Pecahan itu segera diganti pada tanggal 1 Juni 1999 dengan pecahan gres yang sanggup mempersatukan kembali rakyat Indonesia yang ketika itu tercabik-cabik. Desain uang kertas gres dipilih yang sanggup mempersatukan kembali negara Indonesia yaitu gambar tokoh pencipta lagu kebangsaan kita Wage Rudolf Supratman di serpihan depan dan pengibaran bendera Merah Putih yang melambangkan persatuan negara Indonesia di serpihan belakang.
Pecahan terbesar yang beredar ketika itu ialah 50 ribu Rupiah yang bergambar pak Harto (kertas emisi 1993 dan 1995 serta plastik emisi 1993) mengalami penolakan dimana-mana alasannya mengingatkan akan rezim Orde Baru yang gres saja direformasi. Pecahan itu segera diganti pada tanggal 1 Juni 1999 dengan pecahan gres yang sanggup mempersatukan kembali rakyat Indonesia yang ketika itu tercabik-cabik. Desain uang kertas gres dipilih yang sanggup mempersatukan kembali negara Indonesia yaitu gambar tokoh pencipta lagu kebangsaan kita Wage Rudolf Supratman di serpihan depan dan pengibaran bendera Merah Putih yang melambangkan persatuan negara Indonesia di serpihan belakang.
Dengan cepat masyarakat mendapatkan uang kertas gres ini dan berbondong-bondong menukarnya dengan pecahan Rp50.000 bergambar Suharto. Tetapi peredaran uang ini masih belum mencukupi kebutuhan, apalagi ditambah kekhawatiran millenium bugs Y2K yaitu kekhawatiran gangguan sistem komputer akhir pergantian millenium. Karena itu BI harus bertindak cepat dan mempertimbangkan untuk menaikkan cadangan uang kertasnya secara signifikans. Salah satu caranya ialah dengan mencetak uang bernominal besar, yang lebih besar lagi dari pecahan 50.000 Rupiah yang beredar ketika itu.
Dipilihlah uang kertas dengan nominal terbesar yang pernah dicetak oleh BI yaitu pecahan 100.000 Rupiah.
Pemilihan gambar nominal terbesar ini harus sanggup diterima oleh seluruh kelompok masyarakat Indonesia. Karena itu tidak ada pilihan lain selain tokoh proklamator sekaligus pemersatu negara kita yaitu Sukarno Hatta lengkap dengan text proklamasi yang terletak sempurna di tengah uang serpihan depan. Bagian belakang dipilih gambar gedung MPR-DPR kawasan dimulainya abad reformasi.
Dipilihlah uang kertas dengan nominal terbesar yang pernah dicetak oleh BI yaitu pecahan 100.000 Rupiah.
Pemilihan gambar nominal terbesar ini harus sanggup diterima oleh seluruh kelompok masyarakat Indonesia. Karena itu tidak ada pilihan lain selain tokoh proklamator sekaligus pemersatu negara kita yaitu Sukarno Hatta lengkap dengan text proklamasi yang terletak sempurna di tengah uang serpihan depan. Bagian belakang dipilih gambar gedung MPR-DPR kawasan dimulainya abad reformasi.
Secara tidak pribadi gambar pada uang ini menggambarkan dengan sangat baik situasi pasca krisis 1998 dimana diharapkan tokoh pemersatu yang mengingatkan kita kembali dengan tujuan proklamasi, wakil rakyat dan pemerintahan yang pro reformasi, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang digambarkan dengan padi dan kapas sebagai 'sepasang daun' penyanggah bunga matahari berwarna merah jelas yang melambangkan bangkitnya dan bersinarnya kembali negara Indonesia sesudah tepuruk akhir krisis tersebut.
Seperti telah disinggung di atas bahwa salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran millenium bugs ialah dengan menambah stok uang tunai, maka banyak negara-negara di dunia pada ketika hampir bersamaan berbondong-bondong mencetak uang kertas. Harga kertas sebagai materi baku utama menjadi langka dan sudah niscaya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Karena itulah Bank Indonesia mulai melirik materi polymer (plastik) sebagai pengganti kertas untuk mencetak uang ini. Apalagi BI telah berpengalaman dalam menggunakan materi ini pada uang emisi Rp50.000 Suharto, bahkan emisi tersebut menimbulkan Indonesia sebagai negara ke 6 di dunia yang menggunakan uang polymer sesudah Australia, Singapore, Samoa, Papua New Guinea dan Kuwait.
Pilihan pencetaknyapun telah ditetapkan, yaitu Note Printing Australia (NPA) yang telah berpengalaman dalam mencetak emisi 1993 Rp50.000 polymer Suharto serta Note Printing Works of the Bank of Thailand (NPW). Uang ini tidak dicetak oleh Peruri mengingat belum berpengalaman dalam mencetak uang polymer serta membanjirnya pesanan untuk mencetak emisi-emisi yang lebih kecil.
Karena uang ini dicetak oleh percetakan abnormal (NPA dan NPW) maka tentu mempunyai hukum penomoran dan seri pengganti yang berbeda dibandingkan yang dicetak oleh Perum Peruri.
Pertanyaan 1.
Sebagaimana kita ketahui seri pengganti untuk uang-uang cetakan Perum Peruri ialah pemakaian abjad pertama X, maka apakah teman-teman ada yang mengetahui apa yang digunakan oleh NPA dan NPW untuk seri pengganti uang ini?
Silahkan pilih salah satu balasan di bawah ini :
a. Sama menyerupai Peruri yaitu X
b. Pemakaian angka tertentu contohnya 9 sebagai angka paling depan
c. Pemakaian abjad tertentu selain X contohnya Z sebagai abjad paling depan
d. Tidak ada seri pengganti
Pertanyaan 2.
Apakah teman-teman mengetahui bagaimana cara membedakan uang yang dicetak oleh NPA dengan NPW?
a. Berdasarkan prefixnya
b. Berdasarkan nomor serinya
c. Tanda airnya berbeda
d. Tidak ada bedanya
Untuk sanggup menjawab pertanyaan di atas kita harus mengumpulkan banyak sampel dan menganalisanya:
Jawaban pertanyaan 1 :
Fakta pertama, uang yang terdiri dari 3 abjad dan 6 angka ini, abjad pertamanya selalu A.
.
Fakta kedua, abjad kedua dan ketiga terpakai semua dari A sampai dengan Z termasuk X.
Kaprikornus huruf X ditemukan baik pada abjad kedua maupun ketiga bersamaan dengan banyak sekali abjad lainnya.
Karena itu sanggup disimpulkan bahwa huruf X bukanlah merupakan seri pengganti dan digunakan menyerupai huruf-huruf lainnya. Jawaban a dan c pada pertanyaan 1 sudah niscaya salah.
Fakta ketiga, angka pertama pada nomor seri uang ini menggunakan semua angka dari 0 sd 9. Huruf A sd Z baik yang terletak pada abjad kedua maupun ketiga sanggup ditemukan bersamaan dengan angka pertama 0 sd 9. Tidak ada ciri atau gejala khusus yang menunjukan bahwa angka tertentu merupakan seri pengganti. Dengan demikian balasan b juga salah
Seperti telah disinggung di atas bahwa salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran millenium bugs ialah dengan menambah stok uang tunai, maka banyak negara-negara di dunia pada ketika hampir bersamaan berbondong-bondong mencetak uang kertas. Harga kertas sebagai materi baku utama menjadi langka dan sudah niscaya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Karena itulah Bank Indonesia mulai melirik materi polymer (plastik) sebagai pengganti kertas untuk mencetak uang ini. Apalagi BI telah berpengalaman dalam menggunakan materi ini pada uang emisi Rp50.000 Suharto, bahkan emisi tersebut menimbulkan Indonesia sebagai negara ke 6 di dunia yang menggunakan uang polymer sesudah Australia, Singapore, Samoa, Papua New Guinea dan Kuwait.
Pilihan pencetaknyapun telah ditetapkan, yaitu Note Printing Australia (NPA) yang telah berpengalaman dalam mencetak emisi 1993 Rp50.000 polymer Suharto serta Note Printing Works of the Bank of Thailand (NPW). Uang ini tidak dicetak oleh Peruri mengingat belum berpengalaman dalam mencetak uang polymer serta membanjirnya pesanan untuk mencetak emisi-emisi yang lebih kecil.
Karena uang ini dicetak oleh percetakan abnormal (NPA dan NPW) maka tentu mempunyai hukum penomoran dan seri pengganti yang berbeda dibandingkan yang dicetak oleh Perum Peruri.
Pertanyaan 1.
Sebagaimana kita ketahui seri pengganti untuk uang-uang cetakan Perum Peruri ialah pemakaian abjad pertama X, maka apakah teman-teman ada yang mengetahui apa yang digunakan oleh NPA dan NPW untuk seri pengganti uang ini?
Silahkan pilih salah satu balasan di bawah ini :
a. Sama menyerupai Peruri yaitu X
b. Pemakaian angka tertentu contohnya 9 sebagai angka paling depan
c. Pemakaian abjad tertentu selain X contohnya Z sebagai abjad paling depan
d. Tidak ada seri pengganti
Pertanyaan 2.
Apakah teman-teman mengetahui bagaimana cara membedakan uang yang dicetak oleh NPA dengan NPW?
a. Berdasarkan prefixnya
b. Berdasarkan nomor serinya
c. Tanda airnya berbeda
d. Tidak ada bedanya
Untuk sanggup menjawab pertanyaan di atas kita harus mengumpulkan banyak sampel dan menganalisanya:
Jawaban pertanyaan 1 :
Fakta pertama, uang yang terdiri dari 3 abjad dan 6 angka ini, abjad pertamanya selalu A.
.
Fakta kedua, abjad kedua dan ketiga terpakai semua dari A sampai dengan Z termasuk X.
Kaprikornus huruf X ditemukan baik pada abjad kedua maupun ketiga bersamaan dengan banyak sekali abjad lainnya.
Karena itu sanggup disimpulkan bahwa huruf X bukanlah merupakan seri pengganti dan digunakan menyerupai huruf-huruf lainnya. Jawaban a dan c pada pertanyaan 1 sudah niscaya salah.
Fakta ketiga, angka pertama pada nomor seri uang ini menggunakan semua angka dari 0 sd 9. Huruf A sd Z baik yang terletak pada abjad kedua maupun ketiga sanggup ditemukan bersamaan dengan angka pertama 0 sd 9. Tidak ada ciri atau gejala khusus yang menunjukan bahwa angka tertentu merupakan seri pengganti. Dengan demikian balasan b juga salah
Hanya tersisa satu balasan yaitu d. Tidak ada seri pengganti. Apakah benar demikian? Mari kita lihat buktinya :
Bukti pertama : Pada buku katalog World Polymer Banknotes terbitan afterHOURS tidak disebutkan apapun perihal seri pengganti pada uang ini. Tidak menyerupai uang polymer China dimana abjad I merupakan seri pengganti.
Bukti kedua : Semua uang-uang plastik atau polymer Australia cetakan NPA tidak terdapat seri pengganti
Bukti ketiga : Gepokan uang lain berisi 100 lembar utuh yang lengkap dengan segel orisinil selalu dimulai dari xxx001 dan berakhir xxx100. Tetapi pada gepokan uang ini tidak pernah ditemukan demikian. Awal dan kesannya merupakan angka acak, hal ini menunjukan bahwa bila ada uang yang rusak tidak digantikan dengan uang seri pengganti tetapi dilanjutkan terus dengan uang berikutnya yang tidak rusak.
Contoh :
Pada pecahan lain satu gepok utuh dimulai dari ABC 376001 dst hingga dengan ABC 376100. Bila nomor ABC 376055 rusak maka diganti dengan uang lain dengan prefix X, misal XAD 100349 sehingga awal dari gepokan tersebut selalu dimulai dengan 001 dan berakhir dengan 100. Sebaliknya pada uang 100.000 polymer ini bila nomor 005 rusak maka dari 004 pribadi ke 006 sehingga pada gepokan uang ini tidak ditemukan urut dari 001 sd 100 melainkan tidak beraturan. Perhatikan gambar di bawah yang diambil dari gepokan berisi 100 lembar utuh dengan segel orisinil dari bank. nomor seri dimulai dari ASV 677580 dan berakhir di ASV 677679.
Berdasarkan semua bukti di atas sanggup diambil kesimpulan bahwa uang ini TIDAK MEMILIKI seri pengganti.
Jawaban pertanyaan 2 :
Sebagaimana telah disebut di atas, uang polymer ini dicetak oleh 2 pencetak yaitu NPA dari Australia dan NPW dari Thailand. Para kolektor polymer yang tersebar di banyak sekali negara termasuk juga teman-teman kita yang berasal dari Indonesia berusaha keras untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara keduanya. Tetapi walaupun telah diamati dengan sangat teliti, tidak seorangpun yang berhasil menemukan perbedaannya. Satu-satunya cara terbaik untuk membedakan keduanya secara visual hanya dengan nomor serinya. Perhatikan gambar dan keterangan di bawah.
Pada lelang-lelang lokal maupun internasional, bentuk SPECIMEN dari uang ini telah beberapa kali ditampilkan. Di Java Auction tahun 2009 terdapat satu lot yang ditawarkan seharga 10 juta Rupiah.
Perhatikan nomor serinya : AAA 000000 serta stempel SPECIMEN yang kecil di serpihan depan.
Di serpihan belakang terdapat tulisan TIDAK BERLAKU berwarna merah yang berukuran besar dan melintang.
Tetapi selain specimen AAA, ternyata ditemukan juga specimen lainnya yang mempunyai prefix berbeda yaitu APx. Perhatikan gambar berikut yang diambil dari www.polymernotes.org :
SPECIMEN APx ini (pada gambar mempunyai prefix APM) tidak mempunyai ciri-ciri menyerupai SPECIMEN AAA sehingga diasumsikan keduanya ialah tipe yang berbeda. Karena itu website www.polymernotes.org membedakan pencetak uang ini menurut nomor serinya atau tepatnya menurut prefixnya.
Prefix dari AAA sampai APA dicetak oleh NPA sedangkan prefix APA ke atas dicetak oleh NPW.
Tentu kita tidak puas dengan kesimpulan tersebut, apa benar perbedaan keduanya hanya menurut prefix? APA ke bawah dicetak oleh NPA sedangkan mulai APA keatas oleh NPW. Pencetak yang berbeda niscaya akan mempunyai ciri-ciri yang berbeda, baik gradasi warnanya, kualitas bahannya atau lainnya. Apalagi ada isue yang menyampaikan jikalau kualitas cetakan NPW tidak sebaik NPA. Karena itu mari kita cari dengan lebih teliti lagi. Penemuan perbedaan sekecil apapun akan sangat membantu apalagi uang ini dikumpulkan oleh para penggemar uang polymer dari seluruh dunia.
Informasi embel-embel :
Karena abjad pertama pada nomor seri hanya terdiri dari abjad A sedangkan abjad kedua dan ketiga mempergunakan abjad A hingga dengan Z. Dan angka yang digunakan ialah 6 angka penuh dari 0 hingga dengan 9, maka kita sanggup menghitung atau memperkirakan :
1. Jumlah cetak uang ini :
AAA sd AZZ = 26 x 26 x 999999 = 676 juta lembar = 67,6 triliun Rupiah (belum dikurangi sekian persen untuk yang salah cetak sehingga tidak layak edar). Bandingkan dengan laporan resmi dari BI yang menyatakan bahwa uang ini dicetak sekitar 50 triliun Rupiah.
2. Jumlah nomor anggun uang ini :
Yang dimaksud anggun ialah nomor kembar dari 111111, 222222, 333333 hingga dengan 999999 :
AAA hingga dengan AZZ terdapat sebanyak 26 x 26 lembar = 676. Kaprikornus masing-masing nomor anggun tersebut dicetak sebanyak 676 lembar. Berapa banyak yang selamat dan tersisa hingga ketika ini tentu tidak kita ketahui, tetapi yang niscaya walaupun keseluruhan 676 lembar selamat semuanya, jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan jumlah penggemar nomor anggun yang tersebar di seluruh dunia. Tidak heran nomor anggun uang ini mengalami kenaikan harga yang sangat pesat, pada lelang JA tahun 2009 telah mencapai kisaran 2 hingga dengan 3 juta Rupiah perlembarnya.
Bila anda berminat, anda harus bertindak cepat................ !!
Semoga artikel ini bermanfaat
Jakarta 24 Desember 2012
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
www.polymernotes.org
Koleksi teman-teman kolektor
Museum BI
Katalog lelang Java Auction
iklan
0 Response to "Emisi 1999 Uang Kuno"
Post a Comment