Pembahasan kita kali ini yaitu seputar ORI III pecahan 100 RUPIAH 1947.
Uang yang berwarna kecoklatan ini ditandatangani oleh Mr. A.A. Maramis. Bergambar Presiden Soekarno di bab kiri dan keris serta angka 100 dengan sepasang tanduk di bab kanan. Uang ini hanya mempunyai satu jenis nomor seri yaitu SDA l, alasannya yaitu itu uang ini seringkali disebut sebagai ORI 100 SDA. Bagian belakangnya bertulisan SERATUS RUPIAH di bab tengah dengan text Undang-undang dikedua sisinya.
Menurut katalog Pick dan KUKI, uang ini hanya terdiri dari 1 variasi saja (di luar versi palsunya), apakah memang benar demikian? Mari kita lihat bersama.
Pada lelang Asosiasi Numismatik Indonesia (ANI) pertama yang diadakan pada tanggal 23 Agustus 2005 di Gedung Filateli Jakarta Pusat, terdapat satu lot yang menampilkan uang ini, perhatikan gambar berikut :
Disebutkan pada lot tersebut bahwa uang ini mempunyai 2 variasi yang berbeda, yaitu naga pengecap 2 dan 3. Tentu banyak teman-teman kolektor penerima lelang yang ingin tau dengan istilah tersebut, maka jangan heran penawaran menjadi seru dan dengan usaha yang cukup berat risikonya aku berhasil membawa pulang kedua uang tersebut dengan harga penutupan lebih dari 2 kali lipat harga pembukaan (belum termasuk fee). Sangat mahal untuk ukuran tahun 2005 mengingat uang ini sesungguhnya sangat gampang ditemukan, sebagai perbandingan harga wayang 50 gulden VF masih sekitar Rp.600-700 ribu.
Rupanya rasa ingin tau sanggup mengalahkan nalar sehat.
Para kolektor usang memang telah menyadari adanya variasi ini, tetapi alasannya yaitu tidak disebut dalam KUKI maka aku yakin banyak diantara teman-teman sekalian yang tidak mengetahuinya. Karena hingga kini uang tersebut tetap aku simpan maka pada kesempatan kali ini akan aku perlihatkan kepada teman-teman semua apa yang dimaksud variasi naga pengecap 2 dan pengecap 3 sehingga teman-teman tidak perlu memaksakan diri membeli dengan harga tinggi.
Bila diperhatikan dengan teliti maka di sudut kanan bawah uang ini terdapat gambar yang berdasarkan para kolektor yaitu gambar kepala naga. Apakah benar naga? Menurut mitologi, citra naga yaitu bertanduk atau menggunakan mahkota sedangkan pada uang tersebut kepalanya plontos alias tidak bertanduk dan tidak bermahkota. Kalau begitu rasanya lebih menyerupai ular, tetapi kita tahu jikalau ular tidak mempunyai daun indera pendengaran sedangkan gambar pada uang ada daun telinganya. Kaprikornus sesungguhnya mahluk tersebut naga atau ular?
Naga atau ular?
Setelah mencari dengan cukup lama, risikonya aku menemukan gambar yang mirip. Gambar tersebut berupa goresan naga kuno yang berasal dari tanah Jawa. Memang gak mirip-mirip amat, naga pada uang tidak ada mahkotanya, sedang pada goresan tidak ada daun telinganya, tetapi coba perhatikan moncongnya yang sangat mirip. Lagipula rasanya lebih elegan jikalau gambar pada uang disebut naga yang jauh lebih berwibawa dibandingkan ular yang diasosiasikan dengan kejahatan dan kelicikan....
Kaprikornus biar seragam bagaimana jikalau kita sebut saja gambar di uang tersebut sebagai naga. Setuju?
Gambar naga pada goresan kayu kuno, perhatikan moncongnya
Sekarang, sehabis kita setuju bahwa gambar tersebut yaitu naga. Mari kita perhatikan uang tersebut lebih teliti lagi. Perhatikan moncongnya, atau lebih sempurna pada bibirnya (sebagian kolektor menyebutnya lidah). Gambar uang sebelah kiri hanya tampak 2 bibir (atau lidah) yaitu atas dan bawah, sedangkan pada gambar sebelah kanan tampak pengecap yang sesungguhnya yang terletak ditengah-tengah diantara kedua 'lidah'. Kebanyakan kolektor menyebutnya sebagai 'lidah' ketiga.
Perhatikan gambar di bawah :
Naga 'lidah' 2 (kiri) dan 'lidah' 3 (kanan)
Dengan demikian terang bahwa pecahan ini mempunyai 2 variasi yang perbedaanya ada di pengecap ketiga. Tetapi apakah hanya itu saja? Apakah ada perbedaan-perbedaan lainnya? Kalau dilihat pada kedua gambar di atas, tampak beberapa perbedaan lain menyerupai warna, ketajaman gambar serta bentuk menyerupai sisik yang berbentuk kecil pada gambar kiri dan lebih besar pada yang kanan.
ASLI atau PALSU?
Pada KUKI, uang yang bernomor urut 206 ini disebutkan mempunyai varian palsunya, bahkan ditambahkan keterangan banyak terdapat palsu lama. Bagaimana cara kita membedakan orisinil palsunya uang ini? Uang ini tidak mempunyai tanda air, tidak mempunyai benang pengaman, bahkan tidak mempunyai nomor seri yang sanggup dijadikan rumus perhitungan. Pengaman yang disebutkan di KUKI yaitu serat halus..... Bagaimana rupanya serat halus tersebut? Apakah versi palsunya tidak mempunyai serat halus? Rasanya hingga ketika ini para kolektor tidak pernah mengusut keaslian uang ini dengan cara melihat serat2nya.
KUKI menyebutkan adanya varian palsu, tetapi tidak menjelaskan bagaimana cara membedakannya
Karena tidak disebutkan cara membedakannya, maka para kolektor menjadi bertanya-tanya sendiri. Sebagian menduga dengan melihat warnanya yang pucat, sebagian lagi dengan gambarnya yang agak kabur atau kertasnya yang lebih licin. Tetapi tetap saja pertanyaan tersebut belum terjawab dengan memuaskan. Satu-satunya cara yang sempurna yaitu membandingkannya dengan uang yang jelas-jelas telah diketahui orisinil palsunya, alasannya yaitu itu dengan terpaksa aku mencari dan membeli selembar uang yang berkondisi sangat buruk tetapi sanggup dipastikan dengan sempurna kepalsuannya. Uang tersebut telah diberi lubang (ada 4 lubang), diberi stempel PALSOE secara melintang di kedua sisi depan maupun belakang dan yang terpenting adanya stempel berbentuk oval yang berbunyi KEMENTRIAN KEOEANGAN DJOKJAKARTA. Kaprikornus uang buruk berlubang dan berstempel ini tidak diragukan lagi yaitu benar-benar palsu lama......
Sekarang ketiga uang tersebut kita bandingkan.
Ketiga variasi uang, pengecap 3 (atas), palsu usang (tengah) dan pengecap 2 (bawah)
Lihatlah perbandingan gambar dan warnanya. Ketiganya berbeda!
Yang satu coklat tua, yang satunya coklat muda dan yang lainnya coklat kemerahan. Sekarang perhatikan ketajaman gambarnya, terutama pada gambar Sukarno. Yang pengecap 3 (atas) sangat tajam, sedangkan yang tengah (palsu) dan yang bawah (lidah 2) agak buram. Dan yang terakhir sebagai langkah penentu mari kita bandingkan jumlah lidahnya...
Jumlah pengecap pada yang palsu (tengah) yaitu 2
Pada beberapa literatur termasuk pada Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo terdapat gambar dari beberapa jenis uang yang sanggup dipastikan kepalsuannya. Dan semua uang-uang palsu tersebut mempunyai satu kesamaan yaitu pengecap naganya bercabang 2.
Kaprikornus bagaimana kesimpulan kita, apakah naga yang lidahnya bercabang 2 berarti palsu? Kalau memang demikian mengapa dilelang di ANI? Dapat dipastikan bahwa penyelenggara lelang niscaya sudah mempunyai pengetahuan yang sangat memadai. Apalagi bila diperhatikan dengan lebih teliti gambar pada KUKI, lidahnya juga 2.
Demikian sebaliknya, apakah naga berlidah 3 semuanya niscaya asli? Memang hingga ketika ini aku belum mendapat bukti naga berlidah 3 yang distempel PALSOE. Tetapi belum mendapat bukan berarti barang tersebut niscaya asli......
Sebuah sumber terpercaya malah menyampaikan bahwa yang berlidah 3 justru yang palsu. Karena pernah mendapat keterangan pribadi dari sipembuatnya. Kalau benar demikian berarti semua naga pengecap 3 berarti palsu sedangkan yang berlidah 2 walaupun orisinil tetapi ada palsunya juga.
Kesimpulan sementara : PUSING.......
Kesimpulan sementara : PUSING.......
Jakarta 7 Agustus 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI
2. Katalog Pick
3. Jurnal Rupiah
4. Katalog lelang ANI
5. Koleksi teman-teman kolektor
iklan
0 Response to "Uang Kuno Ori Iii 100 Rupiah 1947"
Post a Comment