Setelah membahas penggalan 5 rupiah dan 10 rupiah 1952 di Info Uang Kuno 6 dan 7 , mari kita teruskan pembahasan kita pada penggalan selanjutnya yaitu 25 rupiah 1952.
Bagian depan uang
Bagian depan uang
Pecahan 25 rupiah 1952 di bab depan bergambar sepasang pohon yang di KUKI disebutkan sebagai pohon hayat. Apakah yang dimaksud dengan pohon hayat itu?
Pecahan 25 rupiah 1952 bab depan
Menurut beberapa sumber yang berhasil aku dapatkan, pohon hayat yang seringkali dilukiskan pada relief kalpataru, gunungan wayang kulit dan pada batik klasik merupakan lisan kebudayaan berdasarkan konsep agama Hindu Tri-Buana : pohon hayat digambarkan sebagai medium penghubung atau penyeimbang antara jagat bawah (alam Sakala) dengan jagat atas (alam Niskala), selain itu pohon hayat juga ikut serta menjaga keseimbangan kehidupan alam semesta.
Gambar pohon hayat pada penggalan 25 rupiah 1952
Pada jaman prasejarah dogma terhadap pohon hayat muncul berkaitan dengan paham animisme dan dinamisme. Pada waktu itu masyarakat percaya bahwa ada beberapa jenis pohon tertentu yang mempunyai kekuatan mistik yang menjadi sumber kehidupan dan bisa mengabulkan segala harapan manusia.
Adapun pohon yang dianggap penting tersebut yaitu pohon beringin. Dari sini kita menjadi tahu asal kata beringin yaitu kata ingin yang ditambahkan awalan ber = ber ingin = mempunyai harapan = kawasan harapan insan dikabulkan (mohon balasan para pakar bahasa). Sampai sekarangpun masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pohon beringin mempunyai kekuatan mistik sehingga dihentikan diganggu atau ditebang.
Pada jaman kerajaan-kerajaan Hindu, pohon hayat dikenal dengan nama Kalpataru, kisah wacana Kalpataru telah dibahas di info 6 yang lalu.
Pada jaman Budha, pohon hayat dikenal sebagai pohon Bodhi yang dikaitkan dengan pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta.
Adapun pohon yang dianggap penting tersebut yaitu pohon beringin. Dari sini kita menjadi tahu asal kata beringin yaitu kata ingin yang ditambahkan awalan ber = ber ingin = mempunyai harapan = kawasan harapan insan dikabulkan (mohon balasan para pakar bahasa). Sampai sekarangpun masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pohon beringin mempunyai kekuatan mistik sehingga dihentikan diganggu atau ditebang.
Pada jaman kerajaan-kerajaan Hindu, pohon hayat dikenal dengan nama Kalpataru, kisah wacana Kalpataru telah dibahas di info 6 yang lalu.
Pada jaman Budha, pohon hayat dikenal sebagai pohon Bodhi yang dikaitkan dengan pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta.
Pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta terjadi di bawah pohon Bodhi, perhatikan akar-akar pohon yang terjuntai mirip dengan pohon beringin
Setelah agama Islam masuk ke tanah Jawa, dogma terhadap pohon hayat yang telah mendarah daging pada masyarakat Jawa digambarkan dalam bentuk hiasan gunungan yang terdapat pada kesenian wayang kulit. Hiasan semacam ini juga sanggup dilihat di kompleks masjid dan makam Sunan Sendang.
Gunungan pada wayang kulit
Makara penggambaran pohon hayat pada penggalan ini bukan sebagai hiasan saja, tetapi mempunyai makna yang sangat dalam. Mewakili sejarah panjang dan kebudayaan bangsa Indonesia yang mendapat efek dari aneka macam agama dan aliran.
Bagian belakang uang
Di bab belakang tengah terdapat gambar bahtera dengan 5 penumpang didalamnya. Apakah gambar ini juga mempunyai arti?
Gambar bahtera dengan penumpang didalamnya
Pada jaman prasejarah bahtera banyak dipuja oleh aneka macam suku bangsa. Mereka yang bertempat tinggal di bersahabat air, contohnya di tepi sungai atau bahari menganggap bahtera sebagai benda yang sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut pakar sejarah Prof RP Soejono, dulu ada dogma bahwa kalau insan meninggal maka arwahnya akan diantar oleh bahtera ke suatu pulau di seberang lautan. Disanalah nantinya arwah akan bertempat tinggal. Karena itu peti mati bangsa pelaut dibentuk menyerupai bentuk perahu. Sebuah bahtera tiruan juga disertakan pada jenazah yang dikubur. Tradisi mirip ini banyak dijumpai di kepulauan Tanibar, Babar, Leti, suku Dayak Ngaju, Toraja, Sumba dan Pulau Roti.
Dalam filosofi Islam, berdasarkan Prof. Dr.Hasan M. Ambary, seorang pakar arkeologi Islam, bahtera diibaratkan kendaraan untuk menuju kawasan yang abadi. Karena itu seringkali bahtera macam ini disebut sebagai bahtera arwah.
Dalam filosofi Islam, berdasarkan Prof. Dr.Hasan M. Ambary, seorang pakar arkeologi Islam, bahtera diibaratkan kendaraan untuk menuju kawasan yang abadi. Karena itu seringkali bahtera macam ini disebut sebagai bahtera arwah.
Bentuk-bentuk bahtera arwah ini ditemukan dalam aneka macam peninggalan budaya mirip pada bejana, ornamen-ornamen dan juga pada referensi kain tenun tradisional mirip yang terdapat pada gambar di bawah ini yang diambil dari referensi kain tapis Lampung.
Pola bahtera arwah pada kain tenun tradisional
Demikian juga dengan referensi insan yang terdapat di bab bawah uang sanggup dilihat persamaannya dengan referensi pada kain tenun tradisional. Pola ini menggambarkan sekumpulan orang yang duduk di tanah dengan tangan terbuka, mirip dengan posisi berdoa atau memohon. Mungkin suatu permohonan semoga para penumpang bahtera arwah sanggup diterima disisi yang kuasa.
-->
Dengan demikian jelaslah bahwa perancang uang ini ingin memasukkan banyak sekali kebudayaan Indonesia ke dalam selembar kertas. Mulai dari kebudayaan Budha, Hindu dan Islam yang diwakili oleh gambar pohon hayat serta bahtera arwah yang menjadi lambang masyarakat pelaut, masyarakat negara kepulauan.
Sungguh suatu makna yang sangat mendalam. Semakin kita tahu arti selembar maka semakin timbul rasa sayang dan besar hati akan uang tersebut.
Semoga isu ini bisa menggugah kita semua semoga lebih menyayangi uang- negara kita. Salam numismatik.
Jakarta 22 Januari 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber : terlalu banyak untuk disebutkan
iklan
0 Response to "Uang Kuno Rp.25 Seri Kebudayaan 1952"
Post a Comment