Cerita kita kali ini masih bekerjasama dengan seri Kebudayaan 1952. Setelah membaca Info Uang Kuno 6 yang kemudian ihwal bagian 5 rupiah 1952, maka pembahasan akan dilanjutkan dengan bagian 10 rupiah.
Pecahan 10 rupiah seri kebudayaan 1952
Pada katalog KUKI baik edisi 1, 2 maupun ke 3 dijelaskan bahwa bab depan dari bagian 10 rupiah 1952 bergambar Patung Ken Dedes/Statue of Ken Dedes. Sebutan yang sama juga dicantumkan di situs museum Bank Indonesia.
Menurut sejarah Ken Dedes yaitu permaisuri Ken Arok pendiri kerajaan Singhasari. Tradisi lokal menyebutkan bahwa ia yaitu wanita yang mempunyai kecantikan luar biasa, perwujudan kecantikan yang sempurna. Patung Prajnaparamita yang ditemukan di erat reruntuhan Singhasari dipercaya sebagai perwujudan Ken Dedes. Saat ini patung tersebut disimpan di museum Nasional Indonesia.
Patung Ken Dedes
Setelah kita melihat sedikit latar belakang dan gambar dari Ken Dedes, kemudian timbul pertanyaan di benak kita, apakah memang gambar tersebut yang dicantumkan di uang kertas bagian 10 rupiah? Adakah kemiripan antara keduanya?
Lalu bukalah buku katalog World Paper Money jilid kedua, disana dikatakan bahwa gambar muka bagian ini yaitu : statue of goddes (patung dewi). Demikian juga di katalog Johan Mevius : statue of god (patung dewa). Lalu timbul pertanyaan apakah Ken Dedes yaitu dewi? Jawabnya tentu saja bukan, alasannya ia ada dalam kisah sejarah sebagaimana yang tertulis di dalam kitab pararaton, sebuah kitab sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kawi yang berisi kisah ihwal raja2 Singhasari dan Majapahit. Karena berisi ihwal kisah raja2 maka kitab ini juga dikenal sebagai Pustaka Raja.
Lalu jikalau Ken Dedes bukan seorang dewi, mengapa di katalog lainnya ditulis sebagai goddes atau god (penulisan g dengan abjad kecil yang berarti dewa)? Adakah kesalahan interpretasi disini? Siapakah yang benar, KUKI atau katalog lainnya?
Coba kita perhatikan gambar dari uang tersebut, perhatikan perbedaannya dengan gambar patung Ken Dedes yang di atas. Apakah berbeda?
Gambar patung pada uang kertas Rp.10 (1952)
Jawabannya adalah: serupa tetapi tidak sama.
Keduanya sama2 seorang perempuan, berwajah cantik, bersila dan menggunakan mahkota. Perbedaannya terang bahwa tangan kiri patung pada uang kertas memegang tanaman menyerupai padi sedangkan tangan pada patung Ken Dedes pada posisi semedi.
Kalau begitu sanggup diambil kesimpulan sementara bahwa gambar patung di uang kertas sangat mungkin bukan Ken Dedes. Bila demikian, siapakah dia?
Melihat dari goresan pena di katalog Mevius dan Pick yang menyatakan bahwa gambar tersebut yaitu seorang dewi, maka di benak kita akan terlintas nama satu dewi yang sangat terkenal, yang merupakan dewi pelindung para petani, yaitu Dewi Sri.
Setelah mencari gambar2 mengenai Dewi Sri, aku menemukan satu gambar yang merupakan koleksi museum Tropen di Amsterdam Belanda. Inilah gambarnya:
Patung Dewi Sri koleksi museum Tropen
Dengan melihat gambar di atas, sanggup diambil kesimpulan dengan niscaya bahwa gambar patung di uang kertas bagian 10 rupiah 1952 BUKAN Ken Dedes melainkan gambar patung DEWI SRI. Apalagi jikalau dilihat dari segi kebudayaan di tanah air kita dimana banyak sekali daerah2 yang masih memuja Dewi Sri, terutama di kawasan Jawa dan Bali. Kesimpulan ini diperkuat lagi dengan gambar di bab belakang uang kertas tersebut yang bergambar corak kebudayaan Bali.
Bagian belakang uang kertas Rp.10 (1952)
Perhatikan gambar singa bersayap yang terdapat di sisi kiri dan kanan uang kertas.
Gambar singa bersayap
Gambar singa bersayap tersebut banyak ditemukan di candi dan pura di kawasan Jawa dan Bali. Menurut kisah mahluk mitos penghuni kahyangan ini diletakkan di depan pintu gerbang candi/pura dan berfungsi sebagai penjaga.
Bahkan alasannya populernya singa bersayap ini hingga dibentuk menjadi banyak sekali macam kerajinan tangan/ cedera mata:
Ukiran singa bersayap
Corak singa bersayap pada batik
Ada suatu kawasan di kabupaten Buleleng, Bali bab Utara yang menggunakan singa bersayap sebagai lambang ibukotanya yang berjulukan Singaraja. Arti dari lambang ini sanggup dilihat di situs: www.bulelengkab.go.id
Lambang kota Singaraja
Lambang kota Singaraja
Dari kisah di atas sanggup diambil sedikit kesimpulan bahwa perancang uang kertas ini ingin memasukkan unsur kebudayaan masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan Bali ke dalam uang tersebut. Di bab muka terdapat gambar dewi Sri yang banyak di puja oleh masyarakat petani dan di bab belakang menggambarkan singa terbang yang merupakan binatang mitos pelindung bumi nusantara. Bagaimana dengan kesimpulan tersebut, apakah teman2 sekalian setuju?
Selesaikah kisah kita?
Dari 2 bagian yang telah dibahas, pada keduanya terdapat binatang-binatang sebagai berikut:
Pecahan Rp.5 terdapat gambar sepasang burung (di bab depan atas) dan sepasang ular (di bab belakang bawah).
Pecahan Rp.10 terdapat gambar sepasang singa bersayap.
Demikian juga pada pecahan2 lainnya:
Pecahan Rp.25 terdapat banyak gambar ikan dan burung
Pecahan Rp.50 terdapat gambar sepasang burung dan sepasang ular
Pecahan Rp.100 terdapat gambar singa terbang dan sepasang burung
Pecahan Rp.500 terdapat gambar seekor burung, dan akhirnya
Pecahan Rp.1000 terdapat juga gambar seekor ular dan burung.
Apakah gambar hewan2 tersebut (terutama burung dan ular) memang sengaja dimasukkan ke dalam seri ini? Apakah ada maksud tertentu? Apakah hewan2 ini yang menawarkan kaitan antara masing2 pecahan?
Selain pertanyaan2 di atas ada lagi pertanyaan penting yaitu mengapa hanya bagian 5 rupiah saja yang mempunyai variasi 1 abjad sedang yang lainnya tidak? Apakah memang sengaja dibentuk demikian atau variasi 1 abjad pecahan2 lainnya belum ditemukan? Sepertinya kisah kita belum selesai, dan tidak akan pernah selesai. (Bersambung)
Jakarta 27 Desember 2009
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
.
.
Sumber:
- KUKI
- Katalog Pick dan Mevius
- Website museum Bank Indonesia
- Website Wikipedia
- Website Tropenmuseum
- Website kabupaten Buleleng
- koleksi pribadi
iklan
0 Response to "UANG KUNO Rp.10 Seri Kebudayaan 1952"
Post a Comment