Dalam memilih gambar pada uang kertas, para pelukis uang (delinavit) niscaya mencari ide dari banyak sekali sumber. Karena pada waktu itu belum ada media interrnet maka sumber yang tersedia secara pribadi dan gampang diakses ialah FOTO.
Untungnya banyak fotografer Belanda yang mempunyai koleksi foto-foto yang sangat menawan, merekapun tidak pelit untuk mempublikasikan karyanya secara luas. Salah satunya dalam bentuk buku berjudul TANAH AIR KITA yang disusun oleh Douwes Dekker sekitar tahun 1940-50an.
Buku ini berisi kumpulan foto-foto yang sangat indah yang dikumpulkan dari seluruh penjuru Indonesia. Fotografernya dicantumkan di halaman terakhir dan dari nama-namanya ialah orang aneh semua. Mari kita lihat beberapa diantaranya :
1. Pecahan 500 Rupiah seri pekerja 1958
Uang ini diedarkan mulai 16 Januari 1961 dan ditarik tanggal 13 Juni 1966 bersamaan dengan pecahan seri pekerja lainnya. Bagian depan bergambar pemecah kelapa sedangkan bab belakang bergambar rumah adab Minahasa (Sulawesi Utara)
500 Rupiah "pemecah kelapa" 1958
Gambar pada uang tersebut diambil dari salah satu foto yang terdapat di buku Tanah Air Kita.
Mari kita perhatikan persamaan dan perbedaannya
Posisi orang pada foto menggunakan topi dan menatap kamera sambil tersenyum, kulitnya juga tidak sehitam pada uang. Keterangan pada foto menyebutkan bahwa gambar diambil di pedalaman hutan Kalimantan, sedangkan pada uang, si pemecah kelapa tersebut 'diubah dan disesuaikan' sehingga terlihat ibarat berasal dari bab Timur Indonesia, mungkin semoga sesuai dengan gambar rumah adab Minahasa (Sulawesi Utara) yang terdapat di bab belakang uang. Mengapa penampilan si pemecah kelapa diubah sehingga menjadi ibarat dengan penduduk dari bab timur Indonesia? Karena ternyata tempat Kalimantan telah diwakili oleh pecahan lainnya.
Tahukah teman-teman jika seri 1958 mewakili pekerja dan rumah adab dari seluruh tempat di Nusantara?
Silahkan buka kembali album uang milik anda:
5 Rupiah mewakili pekerja dari Jawa (pembatik) dengan gambar rumah adab dari Jawa Tengah
10 Rupiah bergambar pemahat patung dari Bali demikian juga dengan gambar rumah di sisi belakang uang.
25 Rupiah bergambar penenun kain dari Toba, Sumatera Utara. Rumah adatnya juga berasal dari Batak
50 Rupiah bergambar pemintal benang dan rumah adab tempat Timor
100 Rupiah bergambar penyadap karet dengan rumah adab dari Kalimantan
500 Rupiah bergambar pemecah kelapa dengan rumah adab dari Sulawesi Utara
1000 Rupiah bergambar pengukir perak dari Minangkabau Sumatera Barat, sama dengan rumah adatnya
5000 Rupiah bergambar petani dengan sawah mewakili daratan Indonesia dan terakhir
10000 Rupiah bergambar nelayan dengan kapalnya mewakili lautan Indonesia
Pelukis seri pekerja telah bekerja sangat keras sehingga sanggup mewakili pekerja dan rumah adab dari seluruh tempat di Indonesia dari Barat hingga ke Timur, termasuk gambar petani dan nelayan yang mewakili darat dan lautannya. Ternyata uang yang umum dan sering kita jumpai ini semakin diperhatikan dan semakin dipelajari menjadi semakin menarik bukan?
Pertanyaan :
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan Timor semua sudah diwakili tetapi ada satu tempat yang tidak terdapat di dalam seri tersebut, yaitu Irian Barat (Papua). Apakah tempat tersebut sengaja dilupakan?
Silahkan teman-teman menjawab.
2. Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Tidak ibarat pecahan lain yang bertahun, pecahan 5 Rupiah ini tidak mempunyai tahun tetapi alasannya ialah teladan gambar dan bentuk ornamennya yang ibarat dengan pecahan yang lebih besar maka tetap digolongkan sebagai seri pekerja 1958.
Pecahan 5 Rupiah seri pekerja tanpa tahun
Bagian depan bergambar seorang perempuan yang sedang membatik
Mari kita lihat dan bandingkan dengan foto pada buku Tanah Air Kita:
Pelukis uang pecahan 5 Rupiah tersebut niscaya terinspirasi dari foto yang diambil oleh Ong Kian Bie ini. Perhatikan kemiripan wajah dan busana yang dikenakan. Sungguh ibarat bukan?
Uang ini diterbitkan lebih dulu dibanding pecahan yang lebih besar yaitu tanggal 9 September 1959 (pecahan lain tahun 1961-62) dan ditarik dari peredaran bersamaan dengan pecahan lainnya yaitu tanggal 13 Juni 1966. Yang menarik sewaktu seri pekerja ini diedarkan ternyata waktunya hampir bersamaan dengan seri bunga 1959 bahkan waktu penarikannya juga dekat. Mari kita lihat catatan yang diambil dari buku Sejarah Bank Indonesia Periode II 1959-1966 halaman 306-309
Seri pekerja 1958 diedarkan mulai 8 September 1959 ditarik 13 Maret 1966 kecuali Rp5000 cetak ulang (ungu) dan seri pekerja 1964 yang ditarik tanggal 13 Juni 1966.
Seri bunga 1959 diedarkan mulai tanggal 19 Januari 1960 kecuali pecahan 500 dan 1000 Rupiah yang diedarkan tanggal 10 Mei 1960 dan semuanya ditarik tanggal 31 Desember 1966.
Kaprikornus pada kurun tahun 1960-1966 beredar beberapa macam seri sekaligus yaitu seri pekerja 1958, 1963 dan 1964 serta seri bunga 1959. Bila berbelanja mungkin saja bayarnya pakai seri bunga tetapi kembaliannya seri pekerja, atau mungkin bayarnya menggunakan seri pekerja dan bunga (misal Rp500 pekerja + Rp50 bunga) dan kembaliannya juga adonan seri pekerja dan bunga (misal Rp10 pekerja + Rp10 bunga). Sangat membingungkan bukan?
Jenis uang yang beredar pada kurun 1960-1966
Karena banyaknya pecahan yang beredar dengan warna yang juga mirip-mirip, waktu itu ada permainan yang cukup populer diantara bawah umur yaitu menebak pecahan uang kertas. Caranya dengan melipat selembar uang kertas hingga kecil sekali, tentunya dengan cara dan teknik tertentu sehingga hanya sebagian kecil saja yang kelihatan warnanya. Lalu dengan hanya melihat sebagian kecil uang, mereka menebak pecahan berapa uang yang dilipat tersebut. Biasanya permainan dilakukan dengan menggunakan taruhan uang logam sen, pemenang tentu sanggup membawa pulang uang taruhannya.
Jangan menganggap gampang permainan ini, coba saja anda tebak pecahan berapa uang yang saya lipat ini. Ingat saya cuma melipatnya secara asal-asalan, bawah umur pada masa itu tentu jauh lebih ahli.
1.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa?
2.Seri apakah (pekerja atau bunga) dan pecahan berapa? 3. Pecahan 25 Rupiah 1958
Pecahan yang umum ditemukan ini berdasarkan KUKI bergambar seorang penenun perempuan di bab depan dan rumah Minang di bab belakang.
KUKI menyebutkan gambar di bab belakang sebagai rumah Minang
Sekarang mari kita lihat salah satu foto yang ada di buku TANAH AIR KITA
Mari kita perhatikan gambar kecil di bab kanan bawah dan
bandingkan dengan gambar pada uang
Silahkan teman-teman bandingkan kedua gambar, gambar atas dari buku sedang yang bawah dari uang. Apakah mirip? Terbukti jika si pelukis yaitu Junalies mengambil gambar pada buku tersebut sebagai salah satu sumber utamanya. Tentu saja tidak 100% dijiplak habis tetapi sedikit ditambah atau dikurangi sehingga tampak lebih menarik. Jendela ditiadakan, pintu ditambah tetapi tangga untuk naik tetap dipertahankan satu saja dibagian depan, kayu penopang dibentuk rata dan bagus, kayu dinding rumah diubah dari mendatar menjadi tegak. Bagian sudut rumah ditambahkan ukiran, atap yang semula agak lebih tinggi dipangkas semoga sesuai dengan ukuran uang. Latar belakang yang gersang juga ditambahkan pepohonan semoga kelihatan lebih asri. Gambar secara keseluruhan menjadi lebih cantik walaupun tidak meninggalkan ciri khasnya. Itulah kehebatan pelukis uang.
Sekarang perihal keterangan pada foto tersebut, mari kita perbesar dan baca bersama :
Keterangan pada foto menyebutkan jika gambar rumah adab tersebut ialah Rumah Batak yang diambil dari tempat Baros Djaja. Mengapa pada KUKI sanggup disebutkan sebagai Rumah Minang? Menurut anda yang mana yang benar? Apakah rumah adab Minang sama bentuknya dengan rumah adab Batak? Silahkan anda cari pernyataan mana yang keliru, KUKI atau buku.
iklan
0 Response to "Kumpulan Gambar Pada Uang Kertas"
Post a Comment