Mata Uang Kuno yang digunakan dalam kerajaan Islam di Indonesia sebagian besar bertuliskan dengan nama-nama para Sultan dan tahun Hijriyah dengan huruf Arab dan juga huruf jawa.
Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam mencetak mata uang emas kuno yang disebut dengan dirham. Jadi dirham tertua berasal dari Kerajaan Aceh Darussalam pada masa Kesultanan Ahmad Malik az-zahir yaitu pada tahun 1346 sampai tahun 1383.
Mata uang Emas Kerajaan Pasai |
Kerajaan Aceh Darussalam tidak hanya mengeluarkan uang emas dirham namun juga mencetak uang Timah yang disebut kasa,Selain uang emas kuno yang disebut dengan dirham tadi, Kerajaan Samudra Pasai juga mencetak uang perak dengan tulisan Arab ber tahun 1172.
Sementara Kerajaan yang ada di Palembang mencetak dan mengedarkan uang berbahan tembaga dan timah. Mata uang kerajaan Palembang terdiri dari dua macam, yaitu mata uang yang tengahnya berlubang yang sering disebut piti teboh dan mata uang kuno tanpa berlubang yang disebut piti buntu. Mata uang tersebut dicetak pada masa pemerintahan Sultan Ahmad najamuddin 1, yakni pada abad ke-18.
Kerajaan Banten juga mencetak dan mengedarkan uang kasa dari tembaga yang pada sisinya bertuliskan huruf jawa, yaitu dengan bunyi Pangeran Ratu ing bantam. Uang ini diketahui tercetak pada masa sebelum masuknya Islam di tanah Banten.
Uang Kuno Kerajaan Banten |
Di Cirebon juga dicetak dan diedarkan uang yang disebut dengan picis.
Sedangkan di kerajaan Gowa Sulawesi Selatan mengedarkan mata uang emas yang diberi nama jingara, Selain itu juga beredar atau di edarkan uang campuran timah dan tembaga yang disebut Kupa.
Sedangkan di kerajaan Buton Sulawesi Tenggara diedarkan mata uang kuno dari Katun yang disebut kampua atau bidak.
Uang katun ini, dikisahkan yang membuatnya adalah para putri keraton. Setiap tahun mata uang lama ditarik oleh kerajaan dan dihancurkan, kemudian corak mata uang yang baru dicetak berbeda untuk mencegah ke pemalsuan. Dan dalam undang-undang Keraton ini Siapapun yang berani memalsukan uang, maka akan dihukum mati.
Uang Kuno ini beredar sampai ke Sulawesi Selatan dan Maluku hingga akhir abad ke-19.
Sedangkan kerajaan-kerajaan Islam di daerah Pontianak, Kalimantan Selatan dan Banjarmasin mengedarkan uang tembaga yang disebut dengan duit.
Di Kalimantan juga ditemukan uang Kuno yang berbahan tembaga yang diperkirakan berasal dari zaman kerajaan Banjarmasin sekitar tahun 1812.
Selanjutnya kerajaan Sumenep Madura yang bercorak kerajaan Islam juga mengedarkan mata uang asing yang di cap tulisan Arab sumanap.- uang kuno kerajaan ini dari Spanyol yang bentuknya tidak beraturan maka disebut dengan real batu. Pada mulanya reel batu itu diedarkan di Meksiko kemudian beredar di negara Filipina karena memang tujuannya merupakan jajahan dari sepanyol, selain uang real batu Kerajaan Sumenep menggunakan uang kuno golden Belanda. Usaha kerajaan Sumenep untuk menghindari uang palsu maka mata uang diberi cap khusus angka 600 dan tanda pengenal Saudagar serta motif bunga tertentu.
iklan
0 Response to "Uang Emas Kuno Pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia"
Post a Comment